Kata-Kata Bijak Einstein, Sebuah Refleksi

Albert Einstein merupakan seorang ilmuan fisika terkenal yang hidup pada abad ke-20. Einstein telah banyak menyumbangkan ilmu nya didunia fisika, salah satu teori yang pernah dikemukakannya dan paling terkenal adalah teori relativitas. Ia pun bahkan pernah mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun 1921. Oke itu hanya intermezzo.

 Dibalik kecerdasannya tersebut, ternyata Einstein merupakan orang yang bijak (menurut saya). Banyak perkataannya yang dikutip di berbagai buku. Dan menurut saya perkataan-perkataan tersebut sangat memotivasi dan menginspirasi. Disini saya ingini merenungi beberapa perkataan Einstein.

“If you want to live a happy life, tie it to a goal. Not to people or things”
Kalimat tersebut bermakna bahwa jika kita ingin mencapai sesuatu yang membuat kita bahagia, maka buatlah target, tetapkan tujuan dan lakukan usaha, serta jangan pernah untuk bergantung pada orang lain. Perkataan tersebut menyadarkan kita bahwa dalam mencapai impian, kita perlu berfokus pada tujuan dan berusaha semaksimal mungkin dalam mewujudkannya. Kenyataanya yang banyak terjadi adalah kita terlalu bergantung pada orang lain seperti terlalu memikirkan apa yang dikata orang lain, mereka beranggapan kita harus begini dan begitu hingga kita kehilangan arah dalam menuju impian tersebut. Atau kita terlalu memikirkan pada hal-hal yang sifatnya dapat menghambat seperti kita berpikir “Ahh, orang yang lebih baik dari pada saya banyak, pasti saya tidak akan terpilih” atau “Saya tidak memiliki ini dan itu untuk melakukan hal tersebut”. Benar begitu kan? Saya pun sering begitu. Duhh, Astaghfirullah.

“Everyone is a genius, but if you judge a fish on its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid”
Perkataan tersebut mengingatkan saya dengan sistem pendidikan di Indonesia ini. Sepertinya perkataan tersebut sangat cocok dengan bagaimana seleksi masuk Perguruan Tinggi di Indonesia. Seperti contoh di Fakultas Kedokteran serta Kedokteran Gigi yang mensyaratkan siswa IPA yang bisa mengikuti tes. Hal ini masih terlihat wajar. Namun coba lihat bahwa siswa tersebut harus mengikuti ujian dengan materi IPA yang mencakup biologi, fisika, kimia dengan tambahan matematika. Bagaimana jika siswa tersebut sangat jago dibidang biologi namun tidak dibidang lain, yang akan membuat nilainya rendah hingga tidak bisa lolos. Apakah siswa tersebut bisa dibilang tidak pantas masuk kedokteran padahal dia sangat menguasi biologi bahkan sedikit mengetahui pelajaran kedokteran seperti anatomi atau mikrobiologi?

Masih pada kasus yang sama. Di Indonesia banyak Sekolah Menengah Kejuruan di bidang Farmasi. Sekolah yang mengajarkan salah satu dari bagian ilmu kedokteran ini, memang tidak begitu sebanyak SMA IPA dalam mengajarkan materi seperti fisika, kimia serta matematika (kata teman saya yang sekolah di SMK Farmasi). Jadi ketika siswa tersebut mengiktui tes masuk kedokteran dan kurang bisa mengerjakan materi tersebut padahal ia sangat menguasai farmakologi. Apakah ia bisa dikatakan tidak pantas untuk masuk kedokteran? Belum lagi saat ini setau saya fakultas kedokteran hanya menerima siswa lulusan SMA IPA, bukan SMK, yang artinya siswa-siswa lulusan SMK Farmasi tidak mendapat kesempatan. Benarkah begitu? (Kalah salah bisa dibenarkan 🙂 )

“I fear the day that technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots”
Rasanya perkataan itu menusuk dada saya. Ternyata hal yang terjadi di era modern ini telah diprediksi oleh Einstein. Saya pun tidak ingin munafik untuk tidak mengatakan bahwa saya bukan pecandu pada gadget, karena pada dasarnya saya menikmati komunikasi yang terjalin lewat teknologi modern ini. Namun disini, yang namanya teknologi memang menjadi perdebatan mengenai manfaat dan kerugian yang ditimbulkannya.

Manfaat yang bisa kita peroleh dari kemajuan teknologi ini tentunya terjalinnya komunikasi dengan sangat mudah. Seperti ketika ingin bertukar informasi dengan seseorang yang berbeda kota, kita bisa tinggal telfon atau sms yang bisa sampai hanya dalam hitungan detik, sedangkan pada jaman dulu kita perlu mengirimkan surat yang sampainya bisa berminggu-minggu. Selain itu juga dengan majunya teknologi telah memudahkan kita untuk mengupdate informasi-informasi terbaru. Tentunya hal ini sangat memudahkan mahasiswa dalam mencari literature-literatur yang paling baru melalui internet.

Namun di sisi lain, kemajuan teknologi justru menghancurkan moral manusia. Manusia menjadi kurang bisa bersosialisasi serta apatis (menurut saya). Coba lihat dengan kemudahan komunikasi, kita lebih memilih untuk berbicara via telfon dibandingkan bertemu langsung padahal jarak yang ditempuh lumayan dekat. Selain itu juga bagaimana teknologi telah menciptakan aplikasi-aplikasi menarik termasuk games pada smartphone yang dapat membuat manusia lebih memperhatikan smartphone dibandingkan orang lain ketika berada di suatu forum. Benar begitu bukan?

 480113_322950511170930_561109998_n

Di akhir artikel ini, saya hanya bisa berharap semoga kita selalu bisa belajar untuk mengambil hal-hal yang positif. Karena pada dasarnya hidup adalah proses belajar, belajar, dan belajar hingga kita menutup usia.

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Judul Asli: Perkataan Einstein (yang ditulis oleh Ka Rian)

“Diikutsertakan dalam Giveaway3thnCeloteh”

giveaway2

5 responses to “Kata-Kata Bijak Einstein, Sebuah Refleksi

Tinggalkan komentar